Senin, 21 September 2009

Bercumbu dan pengaduan cinta.

-Apakah karena ingat tetangga.
Dinegri Dzi salam sana.
Engkau deraikan air mata.
Bercampur darah duka.
-Ataukah karena hembusan angin terarah.
Lurus dari jalan Kadhimah.
Dan kilatan cahaya gulita malam.
Dari kedalaman jurang Idham.
-kenapa kedua matamu tetap menetaskan airmata?
Padahal engkau telah berusaha membendungnya.
Dan kenapa hatimu senantiasa gundah gulana.
Padahal engkau telah menghiburnya.
-Apakah orang yg dimabuk cinta menyangka.
Bahwa api cinta dapat ditutupi nyalanya.
Diantara tetesan airmata.
Dan hati yang terbakar membara.
-andaikata tak ada cinta yg menggores qalbu.
Tak mungkin engkau mencucurkan airmatamu.
Meratapi puing-puing kenangan masa lalu.
Berjaga mengenang pohon Ban dan gunung yang kau rindu.
-Bagaimana kaudapat mengingkari cinta.
Sedangkan saksi adil telah menyaksikannya.
Berupa derain air mata.
Dan jatuh sakit amat sengsara.
-Duka nestapa telah membentuk duagarisnya.
Isak tangis dan sakit lemah tak berdaya.
Bagai mawar kuning dan merah.
Yang melekat pada pipi dua.
-Memang benar bayangan orang yang kucinta.
Selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga.
Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya.
Antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita.
-Wahai pencaci cinta Udzahku.
Kata maaf kusampaikan padamu.
Dari orang yang suka menadudomba.
Dan derita cintaku tiada kunjung sirna.
-Engkau begitu ikhlas memberi nasehat diriku.
Tetapi aku takmampu mendengar saran itu.
Karenasesungguhnya orang yang dimabuk cinta.
Tuli dan tak menggubris cacian pencela.
-sungguh aku curiga pada uban pemberi saran.
Padahal uban dikepala dalam memberi saran.
Jauh dari hal-hal yang mencurigakan.
Dikutip dari buku:Burdah Al Bushiry,terjemahan,khasiat dan penjelasan.
Oleh HM.Masykuri Abdurrahman.

1 komentar:

aris widodo mengatakan...

Bagus n lumayan